Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Jangan Dekati Syirik



Pada tahun 2012, Pimda 02 Tapak Suci Bantul mengadakan kegiatan rutin tahunan Ujian Kenaikan Tingkat Siswa (UKTS) di Kasihan dan Selarong. Format kegiatan kala itu diawali bakda asar dengan pembukaan di SD Insan Kreatif Muhammadiyah Kembaran Kasihan. Kemudian dilanjutkan berbagai mata acara pembinaan Al Islam dan Kemuhammadiyahan.

Sekitar pukul 21.00 WIB dilanjutkan perjalanan malam hingga dinihari. Finish kembali di SDIK Muhammadiyah Kembaran dijadwalkan jam 02.00 WIB, kemudian tidur sejenak dan bangun pukul 03.00 WIB untuk sholat lail. Kemudian sholat subuh dan pengajian, lalu makan pagi dan persiapan long march.

Pagi hari acara dilanjutkan perjalanan (long march) melewati medan perbukitan kasihan dan pajangan hingga finish di Goa Selarong. Setelah istirahat dilanjutkan ujian ragawi pencak silat dan diakhiri dengan upacara penutupan.  

 

Dhemit gunung ngeprank pendekar

Seperti halnya kegiatan serupa di tahun-tahun sebelumnya, seluruh acara yang dijadwalkan baik yang bernuansa pembinaan ruhani maupun ragawi  alhamdulillah berjalan lancar. Namun demikian, pada  UKTS 2012  diwarnai insiden lucu pada mata acara perjalanan malam. Salah satu route yang dilalui adalah kompleks bong (kuburan cino) Gunung Sempu Kasihan. Lokasi Ini adalah kompleks pekuburan cino terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebetulnya acara perjalanan malamnya lancar saja, peserta melintasi semua route dengan aman hingga finish di SDIK Muhammadiyah Kembaran. Sekitar pukul 02.00 WIB, ketika panitia kegiatan berkemas meninggalkan kompleks Gunung Sempu didatangi seorang perempuan didampingi beberapa petugas ronda.

Beberapa panitia yang masih di Gunung Sempu dilarang meninggalkan lokasi. Warga intinya minta pertanggungjawaban dari Tapak Suci karena ada seorang penduduk yang kesurupan dari jam 21.00 hingga dinihari belum sadar. Keluarga sudah ihtiar dengan memanggil “orang pintar” maupun pawang jathilan atau siapapun yang dikenal mampu menyembuhkan orang kesurupan.

Tapak Suci diminta bertanggung  jawab gara-gara korban kesurupan meronta dan mengomel dalam bahasa Jawa “omahku dinggo jagjagan bocah nganggo klambi abang” yang artinya “rumahku diacak-acak anak-anak berbaju merah”. Kontan keluarga dan warga meminta Tapak Suci bertanggung jawab karena seragamnya berwarna merah-merah.

Dengan pertimbangan kemanusiaan permintaan itu kita penuhi, kami kasihan dengan keluarganya yang sudah berihtiar kesana-sini gagal terus. Toh tak ada jeleknya Tapak Suci menolong, wong kita putera Muhammadiyah. Bukankah Muhammadiyah terkenal suka menolong orang sakit, punya RSU PKU di mana-mana.

 

Tidak Seperti Adegan Televisi

Untuk menyelesaikan insiden itu ditugaskan Pendekar Muh Bariyadi didampingi Hendri, Rowin, Tato, Neo, dan Ramlan ke rumah korban kesurupan. Pada tayangan acara televisi swasta, “tim pemburu hantu” saat menyembuhkan orang kesurupan biasanya beraksi bak pendekar silat bertarung, pakai langkah, kembangan, tangkisan, dijatuhkan, lalu kuncian.  Ada pula yang di televisi pakai acara cakap-cakap dan negosiasi dengan hantunya.

Ketika rombongan yang dipimpin Mas Bariyadi tiba, si korban kesurupan spontan marah-marah menggertak. Kendati yang datang adalah anggota Tapak Suci yang pasti pesilat, rupanya sama sekali tidak ada adegan main silat seperti aksi pemburu hantu di televisi. Mas Bariyadi tanpa negosiasi langsung menghardik si korban dengan bahasa Jawa “kowe mesti ora tau sholat, kene takseret wudhu” sambil membasuh mukanya dan alhamdulillah seketika korban berteriak “ampun…ampun mas…kulo pun mari mas” lalu sadar.

 

Syirik itu Berbahaya

Keluarga korban tentu sangat lega, bisa dibayangkan lelahnya kesurupan dari jam 21.00 WIB sampai jam 03.00 WIB dinihari. Rupanya latar belakang korban adalah pemain kesenian jathilan, disinyalir hal ini yang membuatnya mudah kerasukan. Ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar menjauhi aktivitas apapun yang bersentuhan dengan syirik kendati itu seni budaya dan kearifan lokal.

Alhamdulillah insiden itu berakhir dengan indah, kendati merepotkan orang banyak korban dapat sembuh dari kerasukan tanpa cedera apapun. Bayangkan jika kerasukannya di tengah hutan, atau di gunung yang sunyi bisa fatal mati kecemplung jurang.

Itu baru bahaya yang sifatnya fisik, sedangkan bahaya rusaknya akidah lebih mengerikan karena syirik adalah dosa besar yang tidak terampuni. Bahkan gara-gara sebuah aktivitas yang menyerempet syirik, koleksi amalan segunung uhud pun langsung dianulir oleh Alloh SWT sehingga bangkrut kembali nol.

 

Tantangan Dakwah Kultural

Realita di masyarakat masih banyak aktivitas yang dibungkus frasa “kearifan lokal” mengandung unsur syirik. Ini adalah tantangan dakwah kultural yang nyata, karena pada dasarnya seni budaya adalah aspek yang berkembang dalam masyarakat.

Dahulu Pak Barie Irsjad bersama para pendekar Kauman mendirikan Tapak Suci dengan terobosan mengusung pencak silat yang metodis dinamis serta bebas dari praktik syirik. Ini sebuah dakwah kultural yang tepat, menawarkan kepada masyarakat produk pencak silat sebagai pelestarian seni budaya asli Indonesia tanpa melanggar larangan Alloh.

Inovasi dakwah kultural harus terus dikembangkan oleh Muhammadiyah, antara lain melalui LSBO yang struktur pengurusnya eksis dari PP hingga PDM. Kesenian rakyat jathilan pun untuk menghibur penonton sebenarnya tak perlu pakai atraksi kerasukan. Bisa juga adegan itu diganti atraksi skill lain yang lebih menarik. Nyatanya pemain sirkus dengan skill nya tanpa perlu kerasukan juga bisa beratraksi menantang.

Kiprah LSBO untuk mengintervensi kesenian rakyat yang masih berbau syirik sangat diperlukan. LSBO harus menjadi benteng kokoh yang melindungi masyarakat dari praktik syirik, melalui inovasi dan modifikasi kesenian rakyat yang penggemarnya sangat banyak.

Best practices pernah dilakukan Muhammadiyah dengan Tapak Suci nya. Alhamdulillah bisa kita lihat saat ini, ragam aliran beladiri Indonesia yang terus eksis dan berkembang adalah yang rasional dan berbasis latihan fisik. Sedangkan yang mengusung aliran irrasional sudah semakin lesu bahkan bubar. Agar tidak bubar mereka akhirnya pindah jalur ikut larut dalam trend beladiri fisik, mengikuti kompetisi, dan akhirnya karakter keilmuan metafisiknya pudar.

Alhamdulillah terobosan Pak Barie Irsjad, Pak Rustam Djundab, Pak Djarnawi Hadikusumo , dan para pendekar Kauman puluhan tahun silam telah signifikan mengubah arus utama beragam aliran beladiri asli Indonesia menjauhi tahayul bid’ah churafat sesuai misi dakwah yang diusung Muhammadiyah.

 

Tulisan ini telah dimuat pada tanggal 23 April 2021 di :

https://suaramuhammadiyah.id/2021/04/23/jangan-dekati-syirik/