Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Sunah: Memberi Salam

Sri Suyanta Harsa
Muhasabah 20 Rabiul Awal 1444

Cinta Sunah: Memberi Salam
Saudaraku di antara sunah Nabi yang relatif mudah, murah, meriah dan mengundang berkah seandainya dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari adalah berbagi, memberi atau mengucapkan salam antar sesama.  Memberi atau mengucapkan salam dapat dilakukan dengan melafaldkan assalamu 'alaikum atau assalamu 'alaikum warrahmatullahi wabarakatuhu. 

Ya memberi atau mengucapkan salam sebaiknya dibiasakan, saat memulai menyapa atau ketika bertamu juga saat bertemu dengan sesama saudara, baik yang belum dikenal maupun apalagi yang sudah dikenal, baik kepada yang lebih tua, sebaya maupun apalagi kepada yang lebih muda utamanya anak-anak. Inilah di antara tatanan akhlak sosial dalam Islam. 

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ada seorang lelaki kepadanya Rasulullah saw, “Islam apakah yang paling baik itu?” Beliau menjawab, “Engkau memberikan makanan dan mengucapkan salam kepada orang yang sudah dan belum engkau kenal.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 12 dan Muslim, no. 39]

Dari Abu ‘Umarah Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kami dengan tujuh perkara: (1) menjenguk orang yang sakit, (2) mengantarkan jenazah, (3) mendoakan orang yang bersin, (4) membantu yang lemah, (5) menolong yang dizalimi, (6) menyebarkan salam, (7) memenuhi sumpah.” (Muttafaqun ‘alaih. Lafazh ini adalah salah satu dari riwayat Bukhari) [HR. Bukhari, no. 1239 dan Muslim, no. 2066]

Dalam praktiknya, saat bersua di samping memberi atau mengucapkan salam, juga menyertainya dengan senyuman yang ikhlas, bahkan banyak juga yang kemudian melanjutkan dengan ramah tamah, saling berbagi dan nasihat menasihati. Begitulah indahnya relasi dan interaksi antarsesama manusia, terlebih antar sesama kaum muslim, antar saudara seiman, antar saudara kandung.

Mengapa menebar, memberi atau mengucapkan salam antar saudara itu penting? Ya, karena di antaranya, salam itu doa dan berbagi keselamatan, permintaan kedamaian, dan permohonan kesejahteraan. Jadi dengan memberi atau mengucapkan salam bermakna kita bukan saja memohon untuk keselamatan, meminta kedamaian, dan memohon kesejahteraan, tetapi juga memberi atau bahkan menjamin keselamatan saudara setidaknya dari diri kita, juga kesejahteraannya.

Dan sejatinya dengan memberi atau mengucapkan salam, kita tengah meneladani salah satu asma Allah, yakni al-Salam, dengan tindakan nyata. Allah adalah Zat Yang Maha Damai Mendamaikan, maka dengan memberi salam kita sebagai orang Islam apalagi beriman harus hidup dengan berusaha memperoleh kedamaian dan menebarkan salam, menebarkan kedamaian kepada sebanyak-banyak pihak dalam kehidupan ini.

Allah adalah Zat Yang Maha Sejahtera Mensejahterakan, maka dengan memberi salam sebagai orang Islam sesuai dengan makna agama yang dianutnya harus dapat meraih hidup damai sejahtera dan berusaha mendamaisejahterakan diri, keluarga dan sesamanya.

Allah adalah Zat Yang Maha Selamat Menyelamatkan, maka dengan berbagi salam sebagai orang beriman, kita harus berusaha meraih dan merasakan keselamatan baik di dunia maupun di akhirat. Di samping itu juga harus terus menerus berusaha menyelamatkan diri, keluarga dan sesamanya dari ragam mara bahaya baik di dunia maupun untuk kepentingan di akhirat kelak. Aamiin ya Mujib al-Sailin